Sabtu, 18 Februari 2017

Mungkin Belum Waktunya

 Malam ini kenapa terasa lebih lama ya. Mungkin karena aku habis telponan lewat Line sama perempuan yang akhir-akhir ini membuatku mulai belajar mensyukuri dan mengagumi akan keindahan makhluk ciptaan tuhan. Dan malam ini juga, aku mendapatkan jawaban yang sama. “Kalo untuk saat ini, aku masih belum kepikiran untuk mau pacaran lagi. Maaf ya, mungkin momen dan keadaannya belum memungkinkan untuk sekarang”, begitu yang bisa kutangkap dari pembicaraan dengannya malam ini. Padahal aku berharap ada progress dari apa yang telah ku usahakan sejak libur kemarin. Hmm mungkin aku harus cerita dari awal ya mengapa bisa begitu kejadiannya hehe.

Begini nih kejadiannya, kemaren pas lebaran tahun lalu (kalo ga salah) aku mulai kenalan sama perempuan ini (Eh gaenak kalo aku nyebutnya “perempuan ini”, hmm gini deh aku pake nama samaran “Si Manis” aja) lewat bbm. Kenapa aku coba untuk kenalan sama dia? Mungkin aku penasaran gimana sih orangnya, lalu dia kalo kulihat kok cantik dan manis juga ya, apalagi pas dia memutuskan untuk berhijab (Setauku sih pas SMA kemarin dia belum pake jilbab), lebih kelihatan aja cantiknya hehe. Lalu kami pun terus chattingan untuk lebih kenal satu sama lain. Pas udah beberapa hari chattingan sama dia, aku juga penasaran sama dia, “apa dia udah punya pacar ya??” tanyaku dalam hati. Tapi aku juga malu mau menanyakan itu dengan dia secara langsung, dan kebetulan sahabat dekat dia dari SMP juga temanku pas SMA kemarin, yaudah aku tanyain aja lewat sahabatnya dia (baca : Si Gembul). Eh ternyata dia udah punya pacar juga dan lebih nyeseknya lagi mereka baru jadian ga lama setelah aku mulai kenalan sama dia. Sejak saat itu aku pun mulai mundur dan ga ngabarin dia lagi, kayak temen yang ngilang pas ditagih utang. Kenapa? Karena aku punya prinsip, kalo dia udah punya pacar, ya aku gaboleh gangguin hubungan mereka (Tapi sisi lain diriku (baca : egoku)  juga berdoa agar dia ga lama-lama jadian sama pacarnya hehe). Dan ga lama setelah mundur dari “Si Manis”, tiba-tiba aku pun jadian sama temanku, “Si Sipit”. *ntar di tulisan berikutnya aku ceritain hehe. 

Lalu pas libur semesteran kemarin, saat belum lama aku putus sama Si Sipit, entah kenapa aku mulai kembali chattingin Si Manis, mungkin aku lagi kangen aja sama dia, gimana kabarnya, apa baik-baik saja hubungan mereka. Akhirnya kami pun kembali chattan, agar lebih kenal aja sih sebagai teman. Lalu beberapa hari kemudian aku liat Stories Instagram dia, isinya kok kenapa dia sedih dan galau gitu ya. Dengan inisiatifnya aku pun menggodai dia, “Butuh bahu ga?? #penyewaanbahu :D”, kurang lebih begitu kubalas storiesnya dia. Dan dia pun ngebalas, “Butuh bangeeet :(“. Kirain aku akan dapat balasan yang main-main, eh ternyata ga, dia lagi sedih dan galau hehe. Yaudah aku tanyain lagi, “Galau kenapa? Coba ceritain sama aku hehe”. Lalu dia pun ceritain semuanya soal pacarnya yang belakangan udah mulai cuek sama dia. Aku berusaha meyakinkan dia untuk berfikir positif tentang pacarnya, mungin pacarnya lagi sibuk dengan kegiatan di dalam maupun di luar kampus. Tapi semuanya aku balikin lagi sama mereka, aku ga mau terlalu ikut campur soal masalah mereka. Toh mereka juga yang ngalamin dan aku pun bukan siapa-siapa, ga lebih dari sebatas “teman yang baru kenal” hehe. 

Dan beberapa hari kemudian, aku coba untuk ngajak dia ketemuan. Mungkin dengan ketemu secara langsung kita bisa lebih akrab dan mengenal satu sama lain. tapi dilain sisi, aku juga merasa gugup dan malu untuk ketemuan sama dia, karena aku orangnya langsung minder kalo udah ketemu sama cewek, hanya ketemuan berdua doang. Dan kami pun janjian di Pantai Pasar Bawah pada siang hari (Bukan waktu yang cocok untuk ketemuan hehe). Ternyata aku yang sampai duluan dan coba nungguin dia di dekat pantai. Udah 1 jam berlalu dan dia belum juga datang, aku sempat kepikiran kalo dia ga akan datang, ga tau alasannya kenapa. Tapi aku berusaha untuk tetap nungguin dia dan berfikir positif, mungkin dia lagi ada yang dikerjain sebentar. Dan tidak lama setelah itu, dia pun datang. Aku pun berusaha untuk jaim di depan dia dan rasanya bingung mau ngapain setelah dia datang. Yaudah aku coba untuk membuka pembicaraan dengan basa-basi sedikit hehe. Eh ternyata ngobrol sama dia asyik juga ya, aku juga merasa lepas aja kalo lagi ngobrol sama dia, kami pun ngobrol masalah kesibukan masing-masing, soal kuliah, dan juga hal-hal ga penting lainnya, yang penting ngobrol kan hehe. Lalu pas lagi seru-serunya eh udah jam 3 aja, kebetulan sebelum pergi tadi dia ngomong kalo dia cuma bisa ketemuan sampai jam 3 aja. Yah terpaksa berhenti sampai disini dulu obrolan kami, gapapa lah yang penting udah ngobrol dan ketemuan toh. Lalu pas sampai di rumah, aku pun berterima kasih sama dia kalo udah mau nerima permintaan aku untuk ketemuan lewat chattan. 

Lusanya, kami pun ketemuan lagi di tempat yang sama, tapi bedanya waktu ketemuannya udah agak sore, waktu yang cocok untuk ngobrol dengan santai, apalagi ngobrolnya sama dia hehe. Seperti biasa, aku yang duluan datang ke Pantai, dan ga lama setelah itu dia pun datang juga, kirain bakal telat lagi, eh ternyata ga loh ehehe. Saat itu kami pun ngobrol dengan asyiknya, dengan ditemani oleh ombak pesisir selatan yang cukup kuat. Dan tiba-tiba ditengan obrolan kami, dia kembali nyeritain soal pacarnya yang katanya udah ngelempar sinyal untuk mutusin hubungan mereka, tapi pacarnya ga bisa nyatainnya gimana. Hmm aku pun merasa bingung mau jawab gimana. Di satu sisi, aku pun menyayangkan hubungan yang telah mereka jalin selama kurang lebih 7 bulan harus berakhir karena salah paham (menurutku itu salah paham sih, mereka saling cuek sih orangnya, padahal masalahnya soal jarang ngehubungin doang dan mereka pun ldr-an), dan di sisi lainnya (baca : egoku) juga merasa senang dengan kabar ini, akhirnya aku pun punya kesempatan juga buat ngedeketin dia uehuehue *devil face*. Dan aku pun nyaranin ke dia buat ngeyakinin pacarnya, apakah ini memang jalan terbaik atau perlu dipikirkan lagi agar ga menyesal nantinya. Tapi itu kan cuma sebatas saran dari aku aja kok, selebihnya mereka yang tau, kan mereka yang ngerasainnya hehe. Dan waktu pun sudah menunjukkan pukul 6 sore, saatnya untuk pulang. Terima kasih lagi ya, Si Manis, udah mau nemenin aku lagi. 

Hari berikutnya, aku pun coba untuk menelpon dia, bukan lewat telpon biasa, tapi lewat fitur free call-nya Line (ga sama sekali dibayar Line kok, emang lagi bokek pulsa aja dan kebetulan di rumah juga masang wifi hehe), dan kami pun melanjutkan obrolan yang belum sempat dibicarakan kemarin. Lalu ditengah pembicaraan, aku pun juga kepikiran soal kabar hubungan mereka dan coba kutanyakan sama dia. Dan dia cerita kalo mereka udah putus dari kemarin, ternyata pas malamnya setelah kami ketemuan kemarin, mereka lagi telponan dan ga tau sih apa yang mereka obrolkan, tapi yang bisa dia simpulkan yaitu mereka udah putus, gitu aja. Hmm aku pun juga merasa bingung mau nanggapinnya kayak gimana, yang jelas aku coba untuk menghibur dia malam itu. Seusai kami telponan, aku juga bertanya dengan diriku sendiri, apa karena aku ya mereka kayak gini. Aku pun juga merasa ga enak sama mereka, dan langsung juga kutanyakan pada dia di keesokan harinya. Lalu dia menjawab, “ga kok, bukan salah kamu dan, emang karena dianya yang cuek dan udah ngerasa bosan sama hubungan ini”. Yaudah kalo gitu, perasaan ku juga kembali enak.

Sejak saat mereka udah putus, disitulah aku berjanji akan memanfaatkan kesempatan emas ini. Kurasa ini saatnya aku kembali mendekati Si Manis, mulai dari menanyakan kabarnya tiap hari, chattingan tiap hari, dan juga sering kali telponan jika dia lagi tidak sibuk, karena mereka udah masuk kuliah, lebih cepat dari kampus-kampus yang lain, takutnya mengganggu akademisnya. Lalu respon yang diberikan olehnya juga positif, walaupun dia orangnya agak cuek dan apa adanya. Lantas aku pun merasa kepedean untuk segera menyatakan perasaanku kepadanya. Karena aku takut keduluan lagi sama yang lain dan hilang lagi kesempatanku untuk jadi “pendampingnya”. Aku pun memutuskan untuk menyatakan perasaanku kepadanya di suatu malam, saat kurasa momennya pas untuk mengutarakannya.

Dan tiba lah momen yang kutunggu itu, di suatu malam, saat kuajak dia untuk telponan pada hari jumat (atau sabtu ya? Pokoknya pas besoknya dia libur deh) dan dia mau menerima ajakan untuk telponan denganku. Kami pun telponan kembali, dengan diawali dengan basa-basi sedikit. Akhirnya saat ditengah-tengan pembicaraan, aku pun langsung mengubah topik pembicaraan soal keinginan untuk kembali pacaran dan tak lama aku pun mengutarakan perasaanku kepada dia. “Sebenarnya aku.... Sayang dengan kamu... Kamu mau jadi pacar aku?”, kurang lebih seperti itu yang kuucapkan kepada dia, sesuai template kebanyakan orang yang nyatain perasaannya kepada perempuan yang mereka sukai. Lalu keadaan pun hening sekejap, cukup lama, sampai dia kembali menanyakan apa maksudnya. Kujelaskan bahwa aku sayang dengan dia dan menanyakan kembali kepadanya apakah dia mau menjadi pacarku. Lalu dia pun tidak bisa berkata-kata, keadaan pun kembali hening, sampai kembali kutanyakan bagaimana tanggapan/responnya terhadap yang telah kuucapkan tadi. Agak lama dia menjawabnya dan dia belum bisa memberikan jawaban pastinya. Aku pun tidak bisa memaksa dia untuk memberikan jawaban pada saat itu juga, tetapi dilain sisi (baca : egoku) aku ingin dia segera memberikan jawaban. Lalu kutanyakan kepada dia, kapan dia bisa memberi jawabannya itu. Dia pun mencoba untuk memikirkannya selama 3 hari. Aku pun tak sabar sebenarnya untuk menunggu jawaban apa yang akan diberikan darinya, aku berharap sih dia mau menerimaku, tapi aku juga ga bisa memaksakan jika dia emang ga mau sama aku. Yaudah aku pun setuju dengan tawarannya. 

Selama 3 hari itu, aku pun merasa bingung, jawaban apa yang akan dia berikan nantinya. Aku juga memikirkan kemungkinan terburuknya, yaitu kalo seandainya dia menolakku. jika nantinya dia menolakku, itu artinya aku belum bisa membuatnya nyaman denganku, dan itu artinya antara usahaku masih kurang atau memang dia ga menemukan kecocokan dengan diriku. Semoga itu hanya prasangka ku saja ya. Akhirnya tiba juga hari itu, semoga dia udah mendapatkan jawabannya. Malamnya langsung aja kutelpon lagi, udah penasaran soalnya sama jawabannya. Dan saat kutanyakan jawabannya, ternyata dia masih bingung mau jawab apa. Aku pun jadi tambah penasaran dibuatnya dan kutanyakan kepadanya kenapa bisa begitu. Lalu dia jelasin kenapa dia masih bingung. 

Kata dia, ada 4 hambatan sih kalo dia lihat dariku. Terus kutanya apa sajakah hambatan itu. Dan dia pun mulai melanjutkan lagi apa saja yang jadi hambatannya. Pertama sih katanya karena dia baru aja putus, otomatis dia perlu Move On dulu dari pacarnya kemarin. “Bukannya kalo kita jadian otomatis kamu bisa move on dari pacarmu dulu”, aku memotong penjelasannya. Menurut dia, dengan buru-buru jadian sama aku, hanya membuat diriku sebagai pelarian untuk dirinya dan dia tidak mau seperti itu. Dia juga takut kalau buru-buru jadian denganku, dia masih juga ingat sama pacarnya yang kemarin karena belum 100 persen Move On. Dan dia juga jelasin kalo dia utuh waktu buat move on kurang lebih 1 tahun. Kedua karena aku sama dia masih tergolong saudaraan juga, ga tau saudara dekat atau saudara jauh, karena orangtua kami berasal dari kampung yang sama. Hmm ini jadi masalah berat juga sih, tapi setelah kuceritakan sama nenek dan bibiku yang ada di kampung, ternyata masih boleh kok kalau mau dekat atau mau diseriusin hubungannya (baca : nikah), tapi harus benar-benar serius loh, kalo cuma main-main takutnya bisa jadi omongan antar keluarga. Hambatan ketiga karena aku juga mantan pacar dari temannya. Dia takut jadi bahan omongan orang-orang yang lain jika aku memang jadian sama dirinya. Menurutku untuk masalah ini sering kok terjadi sama orang lain, tergantung kita menyikapinya bagaimana, kalo aku sih cuek aja sama apa yang orang-orang katakan. Lain aku lain juga sih sama dia, mungkin dia merasa ga enak aja digituin sama orang-orang. Mungkin butuh waktu buat dia nerima ini, pikirku. Hambatan keempat, yang terakhir karena dia ga mau lagi LDR-an. Bisa dibilang dia udah trauma sama yang namanya LDR. Soalnya sebelumnya juga dia LDR-an sama mantan pacarnya. Menurutnya sih LDR itu sering buat salah paham dan cuma bisa ketemuan pas liburan doang, itupun kalo liburnya barengan juga. Lain dia lain juga menurutku. Selama kita saling percaya aja masing-masing, itu bisa buat hubungan kita baik-baik saja. Dan juga sekarang kan jamannya Gadget, nah dengan Video Call bisa ngobatin kangen juga sebenarnya. Gitu deh kira-kira hambatan yang dijelasin olehnya, dan udah kuberi penjelasan juga mengenai solusi hambatan itu. Tapi dia masih belum bergeming untuk mengubah keputusannya.

Kenapa sih aku pengen dia cepat-cepat jadi pacarku? Selain karena aku takut dia “diambil” dengan orang lain, aku juga ingin seseorang yang bisa mensupportku ketika aku berjuang untuk kembali ikut SBMPTN tahun ini *baca postingan sebelumnya mengenai kenapa aku ikutan SBMPTN lagi . Kurasa keluarga saja belum cukup untuk mensupport ku, aku kayaknya butuh seseorang, seperti pacar, yang bisa mendukungku dari bawah, juga saat aku lagi terpuruk seperti saat ini. Dan dia juga telah mengetahui hal itu (setelah kuceritakan sebelumnya) dan dia menjawab dengan nada cueknya “Mending kejar dulu impianmu (baca : lulus SBMPTN) daripada ngotot buat ngejar-ngejar aku. Mending kehilangan aku kan daripada ga dapat tempat kuliah”. Benar juga sih sebenarnya, tapi kalo emang bisa dapat dua-duanya, kenapa ga kan? Dan sampai juga pada saat malam ini, ketika kutanyakan kembali apakah dia udah berubah pikiran, apakah dia udah mikirin solusi dariku mengenai hambatan tadi dan ngelupain semua hambatannya. Tapi jawabannya masih juga sama kayak kemarin. Aku pun kembali bingung. Aku harus bagaimana sekarang? Apakah harus kembali mencoba dekatin dia lebih sering lagi? Atau aku harus mundur dulu untuk sekarang? Dia juga memberikan pilihan untuk boleh dekat dengan perempuan yang lain selain dia, dia pun coba janji untuk ga marah sampai dia benar-benar siap untuk jadi pacarku. Aku juga ga tau apakah ini sebuah “kode” dari dia untuk segera mundur dan cari yang lain aja, atau maksudnya benar-benar begitu, sampai dia benar-benar siap. Yang pasti sekarang sampai tulisan terakhir yang kuketik malam ini, aku mencoba untuk fokus dengan SBMPTN ku dan mundur sampai waktu yang belum ditentukan. Dan juga saat libur nanti, aku akan coba menanyakan kembali jawaban itu kepadanya secara langsung. Mungkin sekarang belum waktunya untuk “bersatu” dan semoga kesempatan itu tetap ada untukku, setidaknya paling tidak sampai setahun dari sekarang. Sekali lagi makasih ya Si Manis, udah bisa buat aku bingung dan galau hehe...


P.S. : Tenang kok, fotomu masih tersimpan baik di galeri handphone ku :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan ane, untuk berkomentar gunakan kata yang sopan. Tidak berbau SARA, mengandung unsur Porno, serta promosi-promosi yang menurut ane tergolong sebagai pesan Spam.. Oke? hehe :D
.
.
.
Selamat berkomentar ya!!